Gpd0GpW7Tpd5GUC5GpGoGfG9Ti==

Headline:

Soroti sampah di DAS BRANTAS malang raya, yayasan alamku hijau adakan diskusi pengelolaan sampah berbasis partisipasi masyarakat.

Malang – Yayasan Alamku Hijau memprakarsai sebuah diskusi strategis bertajuk “Pengelolaan Sampah di DAS Brantas Berbasis Partisipasi Masyarakat” yang digelar di Hutan Kampus UIN Maliki Malang Kampus 3, Jumat (22/8). Acara ini mempertemukan para pegiat lingkungan, akademisi, hingga praktisi untuk merumuskan langkah konkret dalam mengatasi persoalan sampah di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas.

Turut hadir dalam forum tersebut pengurus Yayasan Alamku Hijau, Wahyu selaku perwakilan dari Perum Jasa Tirta I (PJT I), Ketua Baskomas Fitri Harianto, Ketua Komunitas Kaliku Sugeng Widodo, Renung Rubi yang dikenal sebagai ahli persampahan nasional, serta Prof. Rachmad, praktisi sekaligus konsultan lingkungan.
Dalam pemaparannya, para narasumber menyoroti tingginya volume sampah yang bermuara ke Sungai Brantas, sebagian besar berasal dari aktivitas rumah tangga. Menurut mereka, pendekatan teknis saja tidak cukup. Keterlibatan aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan.

“Pengelolaan sampah di DAS Brantas harus diletakkan dalam kerangka partisipasi warga. Bukan sekadar urusan pemerintah atau lembaga, tapi menjadi budaya bersama,” tegas Renung Rubi.
Senada, Ketua Kaliku Sugeng Widodo menekankan pentingnya gerakan akar rumput. “Sungai akan tetap sakit bila masyarakat di bantaran sungai tidak merasa memiliki. Konsep sekolah sungai dan gerakan komunitas adalah contoh konkret partisipasi,” ujarnya.

Sementara Prof. Rachmad menambahkan bahwa konsep pengelolaan sampah harus terintegrasi dengan edukasi dan penguatan regulasi. “Lingkungan hidup tidak hanya dijaga, tapi juga dikelola dengan ilmu pengetahuan dan kolaborasi lintas sektor,” katanya.

Diskusi yang berlangsung hangat ini menghasilkan gagasan bersama untuk menyusun peta jalan (roadmap) pengelolaan sampah berbasis masyarakat di DAS Brantas. Yayasan Alamku Hijau berkomitmen menindaklanjuti hasil diskusi dengan mengadakan forum-forum lanjutan dan melibatkan beberapa lembaga yang ada di malang raya untuk membahas tekhnis yang lebih operasional.

Acara ditutup dengan seruan bersama untuk menjadikan Sungai Brantas sebagai ikon pemulihan lingkungan berbasis kolaborasi.
Daftar Isi

0Komentar

Formulir
Tautan berhasil disalin